26.12.07

My first project: Community Based Avian Influenza Control in Badung, Klungkung, Buleleng, and Jembrana (BALI)

I am happy to share the project concept here.....sejauh ini baru di 4 Kabupaten seperti disebutkan di judul...I wish I could continue this to all over Bali. I wish I could share some pictures from the activities also...tapi belum ada yang setor kesini...perhaps later this week.

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 terjadi kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Departemen Pertanian menegaskan kalau kematian massal unggas tersebut disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Waktu demi waktu kasus kematian ternak semakin bertambah dan sangat sulit mendeteksi perjalanan virus yang menyebar sangat cepat. Demikian juga kematian semakin bertambah terjadi pada manusia. Memperhatikan kenyataan ini, maka masyarakat perlu mewaspadai adanya penyakit flu burung dan memulai pencegahan secara massal untuk tidak terjadinya penyebaran pada manusia.

Avian Influenza telah menjadi masalah penting secara nasional dewasa ini. Pemerintah dan beberapa Organisasi Internasional telah melibatkan diri untuk melakukan pencegahan penyebaran lebih awal. Penyebaran informasi melalui media massa dan aplikasi disinfektans pada target penyebaran virus Avian Influenza telah dilaksanakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak Organisasi Internasional. Sebagai organisasi lokal, kami juga menaruh perhatian yang besar terhadap hal tersebut. Kami merancang sebuah proyek untuk mendukung program nasional dalam melakukan kontrol terhadap penyebaran Avian Influenza. Aktivitas akan ditekankan pada penyebaran informasi melalui sekolah dengan target dampak pada kelompok masyarakat di sekitar sekolah. Menumbuhkan pemahaman dan persepsi terhadap virus Avian Influenza diharapkan dapat membangkitkan kesadaran dikalangan anak-anak sekolah, guru dan kelompok masyarakat disekitar sekolah.

Beberapa dasar pemikiran pentingnya institusi sekolah, terutama pada kelompok target anak-anak sekolah dan guru, untuk dilibatkan dalam pencegahan penyebaran virus Avian Influenza adalah :

a) Anak-anak sekolah di luar lingkungan sekolah adalah juga anggota masyarakat dan sebagian besar menjadi anggota pemuda dilingkungannya. Informasi tentang virus Avian Influenza yang diperoleh di sekolah diharapkan juga akan disebarkan pada anggota kelompok pemuda lainnya di lingkungannya.
b) Anak-anak sekolah adalah juga sebagai anggota keluarga yang memiliki ikatan emosional dengan orang tua mereka sehingga dalam berbagai motif tindakan orang tua atau keluarga adalah juga untuk kepentingan proteksi bagi anak-anak mereka. Perilaku yang sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyebaran penyakit adalah motif melindungi keluarga oleh orang tua mereka.
c) Anak-anak sekolah sebagai anggota keluarga memiliki pengaruh yang sama besarnya dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal tertentu, terutama yang terkait dengan kehidupan sehari-hari terkait dengan ilmu pengetahuan dan informasi yang mereka peroleh dalam pendidikan. Diharapkan informasi, pemahaman, persepsi, kesadaran terhadap penyebaran dan pencegahan virus Avian Influenza juga akan mempengaruhi keputusan keluarga, terutama orang tua mereka, untuk bertindak dan berperilaku sehari-hari ke arah yang positif.
d) Anak-anak sekolah sebagai anggota keluarga adalah juga tenaga kerja keluarga yang memiliki kontribusi ekonomis terhadap penghasilan keluarga. Kesadaran dan pemahaman praktis dalam kesehatan dan pencegahan Avian Influenza juga akan mempengaruhi perilaku dalam proses aktivitas produksi untuk memenuhi motif ekonomi keluarga.
e) Dalam masyarakat, anak-anak sekolah menjadi model bagi perilaku dalam mengantisipasi perubahan di masa mendatang. Perilaku sehari-hari dalam kesehatan, pencegahan penyakit, diharapkan juga menjadi model bagi anak-anak sekolah dan kaum muda di luar sekolah, serta pada anggota masyarakat lainnya, karena hal itu dipandang sebagai model bagi perubahan ke arah kemajuan.
f) Anak-anak sekolah setingkat SMA dan yang menjadi anggota aktif PMR adalah anak-anak sekolah yang dianggap mampu dalam berkomunikasi, berdialog, memiliki minat yang tinggi dalam pelayanan masyarakat, serta mereka telah terbiasa dengan tindakan aktif di bidang pelayanan karena mereka telah terlatih dan berpengalaman dalam aktivitas serupa yang diperoleh dalam program PMR.
g) Anak-anak sekolah juga merupakan konsumen yang potensial di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah untuk bentuk-bentuk barang atau produksi yang menggunakan bahan-bahan yang berpotensi menyebarkan virus Avian Influenza. Pemahaman dan kesadaran anak-anak sekolah tentang kesehatan juga diharapkan dapat memberikan informasi dan mampu mempengaruhi produsen ke arah munculnya kesadaran dan persepsi yang sama tentang hal tersebut.
Para guru di sekoah adalah sosok panutan bagi anak-anak sekolah dan menjadi pembimbing bagi anak-anak sekolah ke arah perilaku yang positif. Menumbuhkan kesadaran dan melibatkan para guru dalam aktivitas penyebaran informasi tentang pencegahan virus Avian Influenza diharapkan dapat mempercepat pemahaman dan bangkitnya kesadaran pada anak didik di sekolah.

Selama ini, belum pernah dikembangkan model pelayanan partisipatif melalui dunia pendidikan dengan menyertakan unsur sekolah sebagai basis yang potensial, khususnya dalam membangkitkan kesadaran terhadap dampak penyebaran dan pencegahan virus Avian Influenza. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan sekolah, dalam aktivitas desiminasi, training, penyuluhan, demonstrasi, dalam menumbuhkan kesadaran pada masyarakat secara luas, baik itu petani, kepala rumah tangga, anak-anak sekolah dilingkungannya, terkait dengan pencegahan dan dampak meluasnya serangan Avian Influenza, di pedesaan atau dipinggiran perkotaan.

Tim Pelatih Inti.Ditetapkan satu tim pelatih (trainer) inti yang berasal dari Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan serta beberapa pelatih untuk materi pendukung yang diberikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Penyidikan Veteriner, Dinas Sosial, serta dari Dinas-Dinas terkait tingkat kabupaten. Calon pelatih inti ditunjuk oleh masing-masing institusi (Dinas).
Pelatihan Tim Pelatih Tingkat Sekolah. Tim pelatih inti memberikan pelatihan pada calon pelatih di tingkat sekolah. Calon pelatih di tingkat sekolah adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah ditetapkan sebagai target kegiatan yang dibimbing oleh guru-guru sekolah. Sebanyak 20 orang siswa sekolah yang dipilih dan ditetapkan oleh pihak sekolah mengikuti pelatihan dengan didampingi oleh 4 orang guru sekolah. Calon pelatih di tingkat sekolah diutamakan para siswa yang juga aktif dalam kegiatan kepramukaan.

Pelatihan

Pelatihan di sekolah dilaksanakan di sekolah di masing-masing sekolah target kegiatan dan dikelola oleh pihak sekolah. Tim pelatih inti memberikan seluruh materi yang dibutuhkan. Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak sekolah.
Siswa sekolah yang telah memperoleh pelatihan dan telah ditunjuk menjadi pelatih untuk selanjutnya menyampaikan,menyebarkan seluruh materi kepada siswa lainnya dalam sekolah masing-masing. Pihak sekolah dan guru pendamping mengelola seluruh jadwal penyebaran informasi yang disampaikan melalui masing-masing klas.
Siswa sekolah yang telah menjadi pelatih juga memberikan pelatihan, penyuluhan, kepada kelompok masyarakat di luar sekolah didampingi oleh guru pendamping serta tim pelatih inti.
Dari 20 orang siswa pelatih dibagi menjadi 4 group sehingga masing-masing group terdiri atas 5 orang siswa pelatih. Masing-masing group tersebut memberikan pelatihan kepada satu kelompok masyarakat di sekitar sekolah dalam satu wilayah desa atau kecamatan.
Masing-masing group tersebut membuat plot demonstrasi pada kelompok masyarakat yang diberikan pelatih atau penyuluhan.
Seluruh jadwal kegiatan dan obyek penyebaran informasi pada kelompok masyarakat ditetapkan oleh pihak sekolah.
Dalam setiap pelatihan di tingkat sekolah dilaksanakan pre test dan post test sebagai bahan evaluasi pemahaman siswa calon pelatih terhadap materi yang diberikan sebelum dan sesudah memperoleh pelatihan.

Penyuluhan dan Plot Demonstrasi

Pihak sekolah, Dinas terkait yang terlibat dan fasilitator menetapkan obyek kelompok masyarakat disekitar sekolah ( dalam wilayah desa atau kecamatan) sebagai lokasi target penyuluhan dan plot demonstrasi.
Siswa pelatih serta guru pedamping, tim pelatih inti memberikan pelatihan serta membentuk plot demonstrasi.
Anggota kelompok target mengikuti kegiatan demonstrasi yang terkait dengan pencegahan virus flu burung pada satu lokasi yang telah ditetapkan
Kelompok masyarakat target menetapkan satu lokasi rumah tangga sebagai tempat percontohan yang selanjutnya dikembangkan menjadi rumah tangga contoh model pencegahan virus flu burung. Rumah contoh ini selanjutnya akan menjadi obyek kunjungan tempat berlatih atau berlajar bagi
Penyuluhan dilaksanakan selama 2 hari yaitu 1 hari untuk penyampaian materi dan 1 hari untuk kegiatan demonstrasi.
Jadwal penyuluhan dan demonstrasi disusun dan ditetapkan oleh pihak sekolah dan dibantu oleh fasilitator serta Tim pelatih Inti.

Pendampingan Kelompok Masyarakat

Fasilitator (dari pihak pelaksana proyek) dan Tim pelatih Inti melakukan pendampingan terhadap kelompok masyarakat serta sekolah dalam keberlanjutan pemanfaatan dan kontrol plot demonstrasi selama kegiatan proyek

No comments: